MATERI MATEMATIKA KELAS 4
Semester 1
1. BAB 1 = Operasi Hitung Bilangan
A. Mengidentifikasi Sifat Operasi Hitung
1. Sifat pertukaran atau komutatif.
a + b = b + a Contoh: 4 + 2 = 2 + 4
Sifat komulatif tidak berlaku pada operasi pengurangan dan pembagian
8 : 2 = 4 dan 2 : 8 = 0,25
2. Sifat pengelompokan atau asosiatif.
(a + b) + c = a + (b + c) Contoh: (2 + 3) + 4 = 2 + (3 + 4)
(a × b) × c = a × (b × c) Contoh: (2 × 3) × 4 = 2 × (3 × 4)
3. Sifat penyebaran atau distributif.
a × (b + c) = (a × b) + (a × c) Contoh: 10 × (2 + 3) = (10 × 2) + (10 × 3)
a × (b – c) = (a × b) – (a × c) Contoh: 5 × (6 – 2) = (5 × 6) – (5 × 2)
3. 7 x (6 x ...) = (7 x 6) x 4
4. ... x ( 5 + 31) = (16 x 5) + (16 x ...)
5. 20 x (14 - ... ) = (... x 14) – ( 20 x 5)
1. Mengenal Bilangan Ribuan
Bilangan yang terdiri dari 4 angka disebut bilangan ribuan.
Angka Nilai Tempat Nilai Angka
1 Ribuan 1.000
3 Ratusan 300
6 Puluhan 60
5 Satuan 5
Bilangan 1.365 dibaca ”seribu tiga ratus enam puluh lima”. Jika dijumlahkan semua
nilai angka pada kolom ketiga tabel di atas,akan diperoleh bentuk penjumlahan sebagai
1.365 = 1.000 + 300 + 60 + 5
Bentuk penjumlahan dari nilai-nilai angka disebut bentuk panjang dari suatu bilangan.
2. Membandingkan dan Mengurutkan Bilangan
Untuk membandingkan dua bilangan, kita bandingkan masing-masing angka dari kedua
bilangan yang mempunyai nilai tempat sama dimulai dari angka yang paling kiri.
Contoh: 5.438 > 2.532 6.345 > 6.342
2. BAB 2 = Kelipatan dan Faktor Bilangan
1. Menentukan Kelipatan Suatu Bilangan
Contoh : Tentukan kelipatan dari 2
10 = 8 + 2 = 2 × 5 dan seterusnya
Ternyata bilangan-bilangan tersebut diperoleh dengan menambahkan 2 dari bilangan
sebelumnya atau mengalikan 2 dengan bilangan 1, 2, 3, 4, 5, dan seterusnya. Jadi kelipatan
dari 2 yaitu : 2,4,6,8,10 dst.
2. Kelipatan Persekutuan Dari Dua Bilangan
Kelipatan persekutuan dari dua bilangan adalah kelipatan-kelipatan dari dua bilangan
tersebut yang bernilai sama.
Contoh: Tentukan kelipatan persekutuan dari 3 dan 4!
Kelipatan 3 : 3,6,9,12,15,18,21,24,27,30,...
Kelipatan 4 : 4,8,12,16,20,24,28,32,36,40,...
Bilangan-bilangan yang sama dari kelipatan kedua bilangan tersebut adalah 12,24,.... .
Jadi 12,24,... merupakan kelipatan persekutuan dari 3 dan 4.
3. BAB 3 = Pengukuran Sudut
Sudut terbentuk oleh adanya dua ruas garis yang saling berpotongan, dan titik perpotongan
1. Jenis Sudut
Sudut lancip yaitu sudut yang besarnya kurang dari 90◦
Sudut Tumpul yaitu sudut yang besarnya lebih dari 90◦
Sudut Berpenyiku ( Siku-siku ) yaitu sudut yang besarnya 90◦
Sudut Berpelurus yaitu sudut yang besarnya 180◦
Sudut yang ditunjukkan oleh Arah mata angin
Sudut yang dibentuk oleh
setiap arah mata angin sebesar 45◦
Sudut yang ditunjukkan oleh jam
Besar sudut yang dibentuk oleh satu
putaran penuh( satu jam) adalah 360◦
Besar sudut yang dibentuk pada setiap
angka jarum jam (setiap 5 menit) yaitu 30◦
Besar sudut yang dibentuk setiap menit
yaitu 6◦ ( dari 30◦ : 5= 6◦)
Semester 2
1. BAB 1= Bilangan Bulat
Bilangan bulat terdiri atas:
Bilangan bulat negatif yaitu bilangan bulat yang terletak di sebelah kiri angka 0 (nol).
Contoh bilangan bulat negatif: -1, -2,-3, -4, -5, ...
Bilangan 0 (nol) yaitu bilangan yang tidak positif dan tidak negatif. Bilangan 0 (nol)
adalah bilangan netral.
Bilangan bulat positif yaitu bilangan bulat yang terletak di sebelah kanan angka 0 (nol).
Contoh bilangan bulat positif: 1, 2, 3, 4, 5, ... Bilangan-bilangan bulat positif disebut
bilangan asli.
Gabungan bilangan nol dan bilangan asli disebut bilangan cacah
Pada garis bilangan, letak bilangan makin ke kanan makin besar dan makin ke kiri
makin kecil.
2. Penggunaan Bilangan Bulat Negatif
Cara membaca bilangan Bulat Negatif
Contoh : – 24 ( dibaca negatif dua puluh empat)
– 100 (dibaca negatif seratus)
Penggunaan Bilangan Bulat Negatif
Contoh :
a. Suhu di daerah kutub dapat mencapai lima belas derajat dibawah nol. (lima belas
derajat dibawah nol = –15 derajat)
b. Daerah itu rawan banjir karena ketinggiannya lima sentimeter di bawah permukaan
air laut. (lima sentimeter di bawah permukaan air laut = –5 cm)
3. Membandingkan dan Mengurutkan Bilangan Bulat
bilangan semakin besar.
2. BAB 2 = Bilangan Pecahan
A. Mengenal Pecahan dan Urutanya
Pecahan merupakan bagian dari keseluruhan.
Contoh :
1. Letak pecahan pada garis bilangan.
2. Membandingkan dan Mengurutkan Pecahan
Untuk membandingkan pecahan dapat dilihat letaknya pada garis bilangan.Contoh:
1/4 < 1/3
1/2 < 3/4
cara membandingkannya bisa dengan perkalian silang
B. Menyederhanakan Pecahan
1. Pecahan yang senilai
Pecahan-pecahan senilai mempunyai nilai yang sama. Pecahan senilai dapat kita tentukan
dengan mengalikan atau membagi pembilang dan penyebutnya dengan bilangan yang
sama.
Contoh :
masing- masing pembilang dan pemyebut sama-sama dibagi bilangan FPB dari kedua pembilang dan pemyebut
3. BAB 3 = Bilangan Romawi
A Menagenal Lambang Bilangan Romawi
Contoh penggunaan bilangan romawi di kehidupan sehari hari:
§ Amir adalah siswa Kelas VI A yang mendapat beasiswa.
§ Memasuki abad XXI, kita dituntut untuk lebih menguasai teknologi.
Lambang bilangan Romawi adalah sebagai berikut.
§ Amir adalah siswa Kelas VI A yang mendapat beasiswa.
§ Memasuki abad XXI, kita dituntut untuk lebih menguasai teknologi.
Lambang bilangan Romawi adalah sebagai berikut.
1. Aturan penjumlahan bilangan Romawi
Jika lambang yang menyatakan angka lebih kecil terletak di kanan, maka lambing-lambang
bilangan Romawi tersebut dijumlahkan.
Jika lambang yang menyatakan angka lebih kecil terletak di kanan, maka lambing-lambang
bilangan Romawi tersebut dijumlahkan.
Contoh :
a. VIII
= V + I + I + I
= 5 + 1+ 1+ 1
= 8
b. CXXVIII
= C + X + X + V + I + I +I
= 100 + 10 + 10 + 5 + 1 + 1+1
= 128
a. VIII
= V + I + I + I
= 5 + 1+ 1+ 1
= 8
b. CXXVIII
= C + X + X + V + I + I +I
= 100 + 10 + 10 + 5 + 1 + 1+1
= 128
2. Aturan Pengurangan
Jika lambang yang menyatakan angka lebih kecil terletak di kiri, maka lambang-lambang
bilangan Romawi tersebut dikurangkan. Pengurangan paling sedikit satu angka.
bilangan Romawi tersebut dikurangkan. Pengurangan paling sedikit satu angka.
Contoh:
a. IV
= V – I
= 5 – 1
= 4
b. XIV
= X + (V – I)
= 10 + (5 – 1)
= 14
a. IV
= V – I
= 5 – 1
= 4
b. XIV
= X + (V – I)
= 10 + (5 – 1)
= 14
3. Aturan gabungan
Contoh :
a. MCMXCIX
= M + (M – C) + (C – X) + (X – I)
= 1.000 + (1.000 – 100) + (100 –10) + (10 – 1)
= 1.000 + 900 + 90 + 9
= 1.999
a. MCMXCIX
= M + (M – C) + (C – X) + (X – I)
= 1.000 + (1.000 – 100) + (100 –10) + (10 – 1)
= 1.000 + 900 + 90 + 9
= 1.999
Comments
Post a Comment