Materi Ips kelas 4 Menghargai Peninggalan Sejarah
Menghargai Peninggalan Sejarah
1. Peninggalan sejarah adalah adalah warisan masa lampau yang memiliki nilai sejarah. Peninggalan sejarah ini bisa berbentuk fosil, peralatan hidup di masa lampau, prasasti, bangunan, dan buku (kitab). Contoh bangunan peninggalan sejarah antara lain candi, tempat ibadah, benteng, museum, monumen, dan makam. Tiap daerah memiliki peninggalan sejarah yang berbeda.
2. Fosil adalah sisa-sisa tulangbelulang manusia dan hewan atau tumbuhan yang membatu. Tulangbelulang dan sisa-sisa tumbuhan itu berasal dari masa purba. Mereka tertanam di lapisan tanah. Umumnya, fosil-fosil ini sudah berumur jutaan tahun. Fosil tengkorak manusia purba dari Sangiran (Jawa Tengah) ditemukan pertama kali oleh E. Dubois.
3. Kebanyakan prasasti yang ditemukan di Indonesia menggunakan bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa. Ada juga prasasti yang menggunakan bahasa Melayu Kuno.
4. Candi adalah bangunan kuno yang terbuat dari susunan batu. Candi didirikan sebagai tempat untuk melaksanakan upacara keagamaan. Di Indonesia, ditemukan banyak candi. Candi yang ada di Indonesia merupakan peninggalan kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha. Contoh peninggalan sejarah berupa candi antara lain Candi Borobudur, Prambanan, Muaratakus, dan Mendut.
5. Gedung adalah suatu bangunan rumah. Banyak gedung yang mempunyai nilai sejarah. Misalnya, Gedung Stovia, Gedung Sumpah Pemuda, Gedung Proklamasi (Jakarta).
6. Contoh tempat ibadah yang bernilai sejarah antara lain adalah Masjid Demak (Jawa Tengah), Gereja Katedral Jakarta, dan Pura Besakih (Bali).
7. Benteng adalah bangunan yang dipergunakan untuk mempertahankan diri dari serangan musuh. Benteng-benteng yang ada di Indonesia kebanyakan adalah peninggalan Belanda, Portugis, dan Spanyol. Misalnya, Benteng Duurstede di Maluku, Benteng Malbourough di Bengkulu, Benteng Vredeburg di Yogyakarta.
8. Istana adalah tempat tinggal raja atau pemimpin negara. Di Indonesia ada banyak istana yang bernilai sejarah. Misalnya, Kraton Yogyakarta, Kraton Cirebon, Istana Negara, dan Istana Bogor.
9. Tugu atau monumen adalah suatu bentuk bangunan yang didirikan untuk memperingati suatu peristiwa. Peristiwa itu dianggap penting atau bersejarah. Misalnya, Tugu Pahlawan di Surabaya, Tugu Proklamator di Jakarta, Monumen Yogja Kembali, Monas, dan Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya.
10 Makam yang mempunyai nilai sejarah adalah tempat dikuburkannya tokoh-tokoh penting dalam sejarah. Misalnya, makam Diponegoro di Manado, makam Bung Karno di Blitar, makam raja-raja Yogyakarta dan Surakarta di Imogiri.
11. Contoh buku-buku peninggalan sejarah antara lain Kitab Negara Kertagama, Kitab Mahabarata, dan Kitab Sutasoma. Contoh dokumen penting adalah Naskah Proklamasi, Naskah Supersemar, dan naskah-naskah perjanjian.
12. Selain berbentuk benda, ada juga peninggalan sejarah yang berupa cerita rakyat. Contoh bentuk cerita rakyat adalah legenda, mitos, dongeng, fabel, dan sage. Dalam cerita rakyat terdapat pesan-pesan moral yang harus dipatuhi.
13. Legenda adalah cerita terjadinya suatu tempat. Banyak masyarakat yang percaya cerita itu benar-benar terjadi.
a. Cerita terjadinya gunung Tangkuban Perahu di Jawa Barat.
b. Cerita asal-usul nama Banyuwangi di Jawa Timur.
c. Cerita terjadinya Rawa Pening di Jawa Tengah.
d. Cerita terjadinya Danau Toba di Sumatera Utara.
14. Mitos adalah cerita yang dipercaya benar-benar terjadi, dianggap suci, dan memiliki tokoh dewa. Contohnya, asal-usul candi Prambanan, asal-usul Selat Bali, dan Putri Buruti Siraso (Sumatera Utara).
15. Dongeng adalah cerita yang tidak pernah terjadi dalam kehidupan nyata. Biasanya berupa cerita tentang keajaiban atau kesaktian. Misalnya, dongeng Jaka Tarub, Timun Emas, Bawang Putih dan Bawang Merah, dan sebagainya.
16. Fabel termasuk cerita rakyat. Fabel berisi pendidikan moral. Biasanya berceria tentang kehidupan hewan atau binatang. Dalam fabel, hewan-hewan bisa bicara seperti manusia.
17. Sage adalah cerita tentang tokoh kepahlawanan.
18. Sejarah adalah cerita yang benar-benar terjadi, contoh:
a. Kisah terjadinya Jakarta
Pada zaman kerajaan Hindu Pajajaran, daerah Jakarta bernama Sunda Kelapa. Sunda Kelapa adalah kota pelabuhan. Keramaian Sunda Kelapa menarik bangsa Portugis. Mereka mulai menduduki Sunda Kelapa pada tanggal 21 Agustus 1522. Para pedagang Portugis mulai membuat benteng.
Bangsa Portugis diserang pasukan Kerajaan Demak. Penyerangan dipimpin oleh Fatahillah. Fatahillah berasal dari Kerajaan Samudra Pasai yang berdiri di Aceh. ia memimpin pasukan Demak menyerbu Portugis. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 22 Juni 1527
Sejak itu, nama Sunda Kelapa diubah menjadi Jayakarta. Nama Jayakarta berarti kemenangan yang sempurna. Nama itu dipakai untuk mengenang kemenangan tentara Demak atas bangsa Portugis. Kemudian, tanggal 22 Juni 1527 ditetapkan sebagai hari lahir kota Jakarta. Nama Fatahillah sendiri diabadikan menjadi nama museum di Jakarta.
Pada masa penjajahan Belanda Jayakarta berganti nama menjadi Batavia. Sejak awal abad ke-20, Batavia menjadi pusat kekuasaan Belanda. Batavia dikuasai Jepang pada tanggal 9 Maret 1942. Sejak itu, nama Batavia diganti menjadi Jakarta sampai sekarang ini.
b. Kisah terjadinya Yogyakarta
Pada zaman dulu kedua kesultanan ini menjadi satu dengan nama Mataram. Waktu itu Ibu Kota Mataram adalah Kertasura. Kertasura terletak sekitar 10 kilometer sebelah barat Surakarta (Solo). Tahun 1742 Kerajaan Mataram jatuh karena sebuah pemberontakan. Raja yang memerintah waktu itu adalah Susuhunan Pakubuwono II. Raja dan seluruh anggota keluarga kerajaan melarikan diri ke Sura-karta (Solo).
Raden Mas Said melancarkan pemberontakan. Sebenarnya Raden Mas Said adalah kemenakan raja sendiri. Kerajaan Mataram menjadi kacau balau. Pangeran Mangkubumi mengajukan diri membantu mengatasi kekacauan. Pangeran Mangkubumi adalah adik raja sendiri.
Pada tahun 1752 pemberontakan berkobar lagi. Pemberontakan berakhir dengan diadakannya sebuah perjanjian pada tanggal 15 Februari 1755. Namanya Perjanjian Giyanti. Berdasarkan perjanjian itu Kerajaan Mataram dibagi menjadi dua, Mataram Surakarta Hadiningrat dan Mataram Ngayogyakarta Hadiningrat. Susuhunan Paku Buwono III menjadi raja Mataram Surakarta Hadiningrat. Pangeran Mangkubumi menjadi raja Mataram Ngayogyakarta Hadiningrat. Sebagai raja ia bergelar Sultan Hamengkubuwono I.
19. Benda-benda peninggalan sejarah adalah kekayaan negara. Kita harus menghargainya. Caranya antara lain dengan:
a. Menjaga dan merawatnya
b. Mengunjungi tempat-tempat peninggalan serajah
c. Tidak menyalahgunakan benda-benda peninggalan sejarah.
Comments
Post a Comment